Saturday, November 22, 2008

YORDANIA BAGAIKAN MUSEUM TERBUKA

Penduduk dan Pemerintahan Jordania

Ahlan Wa Sahlan. Begitu penduduk Yordania menyapa para wisatawan yang berkunjung ke negaranya. Dalam sejarah, karena letaknya yang strategis itu, Yordania pernah menjadi ajang rebutan bangsa-bangsa yang bermukin di kawasan itu, ratusan tahun sebelum Masehi. Kini, di abad 21, Yordania dengan ibukotanya Amman, memegang peranan penting. Menjelma sebagai pusat distribusi perdagangan dan wisata di kawasan Timur Tengah Bagian Barat.

Yordania yang bernama asli Al-Mamlaka Al Urdiniya Al Hasyemiyah adalah negara yang aman dan ramah lingkungan. Penduduknya hampir 5 juta jiwa dengan pertumbuhan rata-rata 3,2 % pertahun. Penduduk Yordania mayoritas keturunan Arab, sebagian kecil keturunan Sirkasia, Armenia dan Kurdi. Untuk pergaulan sehari-hari, mereka menggunakan bahasa Arab. Banyak pula yang menguasai bahasa Inggris. Hampir 80% penduduknya, tinggal di ibukota negara, menempati rumah dan apartemen dengan sentuhan arsitektur mediteranian. Sisanya, tersebar di berbagai wilayah.

Kehidupan beragama di Yordania sangat terasa. Mayoritas penduduknya penganut Islam Sunni. Sebagian besar kaum wanitanya berbusana gamis, khas pakaian Timur Tengah. Hanya sekitar 6% saja pemeluk agama lain. Mata pencaharian penduduk bervariasi. Sebagian bekerja di sector formal sebagai tenaga professional, sebagian di sector informal sebagai pedagang dan hanya sedikit yang menjadi petani.

Yordania yang memproklamirkan kemerdekaanya tahun 1946, menjalankan roda pemerintahannya dengan system kerajaan. Sebagai raja pertama sekaligus pendiri Negara Yordania adalah Raja Abdullah I, tahun 1953. Diteruskan cucunya Raja Hussein hingga akhir hayatnya tahun 1999. Kini, Yordania dipimpin oleh putra Raja Hussein, Raja Abdullah II.


Ibukota Yordania, Amman, adalah kota yang cantik. Terdiri dari 7 bukit atau jabal. Di setiap puncak bukit terdapat persimpangan yang dikenal dengan sebutan circle satu dua tiga hingga delapan. Pemerintah Yordania sangat disiplin dalam menegakkan aturan hukum. Contohnya dalam berlalu lintas. Sejak angka kejahatan dengan menggunakan motor meningkat, kendaraan motor dilarang beroperasi. Kini di jalanan hanya kendaraan roda empat yang dijumpai. Itupun dengan sejumlah peraturan, seperti pengemudi diwajibkan mengenakan sabuk pengaman. Kendaraannya sendiri, meski produksi tahun 60-an, namun masih ramah lingkungan. Sedang roda dua hanya digunakan petugas pos dan polisi saja. Angka kejahatan lain pun relatif rendah. Hampir tak ada pencurian kendaraan atau tindak kriminal lain seperti perampokan dan perkosaan. Pengemis hampir tak ada yang berkeliaran di jalanan. Karena itu, cukup aman bagi siapa saja yang ingin menikmati udara sejuk di pagi hari atau dinginnya udara di waktu malam.

Seperti halnya negara Islam lain, pengaruh barat mewarnai pula sisi lain kehidupan penduduk Yordania, terutama yang tinggal di ibukota negara. Contohnya dalam hal berbusana di kalangan anak muda dan sebagian professional muda. Mereka berbusana ala barat. Meski tempat hiburan seperti diskotik dan bioskop jumlanya dalam hitungan jari, namun rutin dikunjungi kaum muda pada akhir pekan, yang ditetapkan setiap hari Jum’at dan Sabtu.

Merokok bagi kaum wanita Yordan bukanlah hal yang aneh. Merokok nargilah, dikenal pula dengan sebutan hubbly bubbly dapat ditemukan di restoran-restoran atau coffeehouse. Umumnya merokok nargilah ini dilakukan sembari ngobrol dengan teman kencan atau dilakukan beramai-ramai dengan rekan kerja. Bagi wisawatan, rasanya kunjungan ke Yordania belum sah jika tak mencoba kenikmatan nargilah. Dengan rasa tembakau yang ringan dan aroma yang harum, menjadikan nargilah sebagai bagian dari gaya hidup modern kaum muda Yordania.


Sektor Perekonomian Yordania

Yordania adalah salah satu negara yang perekonomiannya tumbuh berkat bantuan Amerika Serikat dengan pertumbuhan rata-rata setiap tahun lebih dari 5%. Pendapatan perkapita mencapai 1,5 juta rupiah lebih. Selain bantuan Amerika, sector pajak menjadi andalan utama pendapatan negara. Arus pengungsi Palestina yang datang ke negeri ini lebih dari 3 dasawarsa, menjadikan sector perekonomian Yordania banyak dikuasai kaum pendatang Palestina.

Konon, perputaran uang terbesar ada di pusat perbelanjaan Al Balad, semacam Mangga Dua di Jakarta. Segala jenis barang kebutuhan pokok, hingga perhiasan bisa ditemukan di pasar tradisional Yordania ini. Harganya pun relatif lebih murah dibandingkan di pusat perbelanjaan lain. Untuk melakukan transaksi jual beli selain menggunakan dinar Jordan, mata uang negara lain seperti US Dolar, Poundsterling, Euro atau Yen, juga diterima sebagai alat tukar. Ini berlaku hampir di semua pusat perbelanjaan hingga kedai-kedai. Wisatawan tak perlu repot menukarkan uang lebih dulu untuk berbelanja. Tak salah jika Yordania mendapat julukan surga belanja bagi wisatawan. Bentuk dari kebijakan Pemerintah Yordania memanjakan wisatawan adalah mempermudah mereka mendapatkan Visa. Visa kunjungan wisata bisa diurus begitu mendarat di Bandara Internasional Queen Alia Yordania.


Sektor Pertanian

Yordania yang bertetangga dengan Suriah di Utara, Arab Saudi di Selatan, Palestina dan Israel di Barat dan Irak di Timur, dikenal miskin akan sumber daya alam. Konstribusi pajak dari ekspor hasil tambang, berupa fosfat dan potas hanya kecil. Begitu pula dengan sector pertanian. Negara pengimpor minyak ini sebenarnya cukup maju dalam pertanian, meski sebagian wilayahnya tandus dan berupa gurun pasir. Masih bisa dijumpai hamparan perkebunan sayur mayur, jeruk, anggur, kurma dan zaitun. Tanam-tanaman ini banyak tumbuh di bagian selatan wilayah Yordania. Hanya sebagian kecil saja hasil pertanian seperti zaitun dan kurma yang menjadi komoditi ekspor.

Penyumbang devisa lain yang juga menjadi andalan berasal dari sector pariwisata. Tak heran jika banyak wisatawan berkunjung ke negeri empat musim ini. Tercatat wisatawan Indonesia yang mengunjungi Yordania sebelum krisis, mencapai 80.000 pertahun. Belum termasuk kunjungan wisatawan asing lain, yang jumlahnya lebih besar. Selain keamanan sebagai jaminannya, Yordania yang luas wilayahnya sedikit lebih luas dari propinsi Riau di Sumatera ini, kaya tempat-tempat bersejarah peninggalan ribuan tahun sebelum Masehi. Jasirah Yordania bagaiman museum terbuka.

Dead sea atau laut mati misalnya, mengingatkan kita akan kisah perjuangan Nabi Luth A.S. Laut Mati yang lumpurnya memiliki berbagai khasiat kesehatan, menjadi tujuan favorit wisatawan. Berendam sambil membalur tubuh dengan Lumpur Laut Mati adalah kesempatan yang tak disia-siakan termasuk bagi mereka yang tak pandai berenang. Kadar garam yang tinggi, 9 kali lipta dari air laut umumnya, membuat tubuh manusia mengambang, berapa pun beratnya.

Tak jauh dari Pasar Tradisional Al Balad, terdapat bukit dimana puncaknya terdapat Citadel. Sebuah peninggalan yang mengingatkan kita pada masa kekaisaran Romawi, Bizantium dan awal kebangkitan Islam. Sisa-sisa bangunan dengan tiang-tiang yang menjulang diatas kota Amman ini, konon peninggalan Hercules.

Melepas pemandangan kea rah lain, terlihat pula kemegahan Roman Theater, yang konon dibangun tahun 151 Masehi. Theater yang mampu menampung 6000 penonton itu, hingga kini rutin digunakan untuk menggelar festival budaya seabgai bagian dari pertunjukan wisata.

Kota Kuno Jerash, yang konon ditemukan pada abad ke-4, memiliki daya tarik lain. Disini bisa ditemukan berbagai tempat pertemuan seperti Oval Plaza. Lapangan luas berbentuk oval dikelilingi tiang-tiang tinggi menjulang. Kota Kuno ini juga memiliki teater yang megah, disebut South Theater. Keunikannya memiliki system akustik alami sebagai pengeras suara, khas bangunan theater ribuan abad lalu. Setiap bulan Juli digelar Jerash Festival yang menampilkan berbagai tarian lokal dan internasional. Jerash terletak 30 mil dari kota Amman.

Wisawatan Mancanegara dianggap belum mengunjungi Yordania jika belum menginjakkan kaki di Petra. Sebuah kota kuno di wilayah Wadi Rum. Petra kini menjadi bagian dari peninggalan sejarah yang dilindungi Unesco. Keberadaan kota kuno Petra menandakan kejayaan bangsa Nabatean, 2000 tahun lalu.

Bangunan yang tersusun dari batu ini adalah kandang kuda yang kini disulap menjadi sebuah restauran. Namanya diambil dari nama sebuah desa, Kan Zaman. Biasanya wisatawan melengkapi kunjungannya ke Yordania dengan bertandang ke restauran Kan Zaman untuk mencicipi menu khas Timur Tengah, sambil menikmati hidangan. Wisatawan dibuai suasana romantis sembari menerawang menginat kisah di abad 19 yang terjadi di desa Kan Zaman.

Memasuki abad ke-21 ini, Yordania telah memegang peran penting sebagai tempat kunjungan wisata favorit dan sebagai pusat distribusi perdagangan di kawasan Timur Tengah bagian Barat. Sebagai negara yang mengandalkan pajak untuk menjalankan roda perekonomian pemerintahannya, Yordania adalah sebuah contoh negara yang piawai mengelola sector pariwisata dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada wisatawan.

No comments: