Saturday, March 19, 2011

On Camera (Part 2) - Vocal dan Pernafasan

VOCAL
Apakah vocal itu ? Vocal atau suara adalah sesuatu yang terkait dengan suara. Kenapa harus dipelajari? Ya, karena sebagai reporter TV 70% suara kita digunakan untuk on air. Suara kita adalah identitas diri kita saat mengudara. 

SUARA DIAFRAGMA
Untuk meningkatkan mutu suara, kita mengenal nada, resonansi (gema) dan tone (pola, gaya, tekanan suara). Para trainer suara mengatakan bahwa suara terbaik kita adalah suara diafragma. Ketrampilan ini bisa dipelajari dengan cara sederhana khususnya bagi kalian yang punya profesi sebagai Reporter. 

Pernafasan
Setiap hari kita bernafas bukan? Lalu apa yang bisa kita pelajari dari cara kita bernafas dan apa kaitannya dengan suara? Ketika kita masih bayi, sebenarnya cara bernafas sudah benar, yaitu bernafas dengan diaphragm (diafragma). Namun, setelah dewasa - apalagi yang pengen jadi reporter/presenter handal -  harus belajar lagi bernafas dengan benar. Ya, karena orang dewasa kebanyakan bernafas menggunakan 'dada atas'. Bernafas dengan benar, membantu kita memanjangkan durasi berbicara. 

Cara Praktis Test Pernafasan
Ada cara praktis buat kita untuk mengetahui apakah kita bernafas dengan benar atau tidak. Berdirilah di depan cermin. Tarik nafas dalam-dalam. Jika bahu anda turut bergerak ke atas mendekati bahu saat anda menarik nafas, itu berarti anda TIDAK bernafas dengan diafragma.

Tips Praktis Latihan Nafas Diafragma
Siapkan buku tebal misalnya buku Peta DKI Jakarta atau buku kuning telepon. Nah, sekarang berbaringlah di lantai. Relax ya...  Ambil buku yang paling berat, letakkan di atas perut Anda. Ambil nafas dalam beberapa kali. Usahakan buku di atas perut anda, bergerak naik saat anda menarik nafas, dan bergerak turun saat anda membuang nafas. JIka anda bisa melakukan ini, itu berarti pernafasan diafragma anda berhasil bekerja. Perhatikan! Selama anda bernafas dengan diafragma ini, bahu anda relax kan? Tidak ikut bergerak naik turun. 

CARA MEMBACA YANG BAIK
Ada 5 point kunci dalam membaca narasi atau naskah, yaitu :

  • pemenggalan kalimat (phrasing). Kemampuan untuk memenggal satu kalimat menjadi bagian-bagian tertentu, sehingga secara keseluruhan apabila kalimat tersebut diucapkan dapat dimengerti sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. Contoh Phrasing: KUCING / MAKAN IKAN MATI // Maknanya : yang dimakan kucing adalah ikan mati. KUCING MAKAN / IKAN MATI // Maknanya : ada 2 peristiwa berbeda yaitu sementara kucing makan, ada ikan mati. KUCING MAKAN IKAN / MATI // Maknanya : kucing itu mati, karena makan ikan. (notes : garis / adalah koma. Sedang garis // adalah pengganti titik ) 
 
  • lagu kalimat (intonation). Tinggi rendah level suara pada bagian-bagian tertentu dari satu kalimat, sehingga terdengar seolah-olah kita tidak membaca namun sedang berbicara.
  • penekanan (articulation). Setiap kata memiliki makna sendiri-sendiri, karena itu artikulasi sangat penting. Berikan tekanan tertentu pada kata atau kalimat yang mengandung makna mendalam.
  • kecepatan membaca (reading speed). Rata-rata kecepatan membaca normal antara 110-220 kata permenit. Dan kecepatan membaca satu kata dengan kata lainnya bervariasi, tergantung pula pada artikulasi. Ketika memberikan artikulasi pada sebuah kata, otomatis kita akan membacanya dengan speed sedikit lambat dibanding kata lainnya.
  • jeda (pause). Jeda memainkan peran penting saat kita membaca narasi yang terdiri dari beberapa alinea. Tanpa jeda, struktur kalimat akan rusak. Narasi yang kita baca tidak akan punya makna. Jadi membaca lancar, bukan berarti tanpa jeda, namun tempatkan jeda dengan tepat saat membaca narasi. 

TONGUE TWISTER
Tongue Twister adalah sebuah permainan membaca yang awalnya berasal dalam bahasa Inggris, dimana dalam bacaan tersebut banyak kata-kata yang mirip bahkan sama dalam melafalkannya hanya saja memiliki makna yang berbeda. Tongue twister digunakan untuk melatih reporter membaca lancar tanpa salah, sekaligus berlatih membaca untuk menerapkan 5 point kunci diatas. 

Bright blue blisters bleeding badly
The big baker bakes black bread
This crisp crust crackles crunchily
How many cuckoos could a good cook if a good cook could cook cuckoos?
Twenty tinkers took two hundred tin tacks to toy town, If twenty tinkers took two hundred tin tacs to toy town, how many tin tacks did each of the twenty tinkers going to toy town take?

(dicuplik dari buku 'On Camera' - Panduan Praktis yang sedang dalam proses penyusunan. Penulis)





On Camera (Part 1)

Melakukan reportase di depan camera adalah bagian dari tugas seorang reporter TV. Tugas ini sebaiknya dipercayakan kepada reporter yang sudah punya pengalaman cukup dalam menulis berita atau mereka yang sudah terjun di lapangan sebagai reporter selama minimal 1 tahun. Mengapa? Karena untuk melakukan reportase yang diucapkan, membutuhkan sejumlah ketrampilan dan umumnya reporter muda belum memiliki ketrampilan memadai untuk melakukan reportase.  

Ketrampilan dasar yang harus dimiliki seorang Reporter sebagai berikut :


  1. Ketrampilan menulis berita. Kemampuan menulis berita bisa diperoleh seorang reporter, jika ia sudah terjun ke lapangan minimal 1 tahun. Inipun tidak hanya sekedar menuangkan fakta dan data temuan di lapangan dalam narasi, namun tulisannya menggunakan bahasa tutur atau bahasa jurnalistik TV yang baik. Seorang reporter muda yang belum punya pengalaman menulis cukup, akan mengalami kesulitan ketika harus melaporkan hasil liputannya dengan cara diucapkan di depan camera. Karena itu jangan heran, jika melihat reporter-reporter muda yang tampil di layar tv saat ini, ketika bertugas reportase, ucapannya belepotan, tidak jelas pesan yang ingin disampaikan. Tata bahasanya kacau balau. Banyak mengucapkan kata-kata mubazir yang sebenarnya tak perlu.
  2. Ketrampilan membaca narasi. Fakta dan data hasil temuan di lapangan, tidak begitu saja dibacakan, namun membutuhkan teknik membaca narasi yang baik yaitu yang sesuai dengan makna pesan atau kata.Ketrampilan ini hanya bisa diperoleh dengan latihan membaca naskah berita secara terus menerus atau rutin. Maka waktu 1 tahun dianggap paling toleran bagi reporter muda untuk mempelajari ketrampilan membaca naskah berita. 
  3. Ketrampilan tampil di depan camera. Tampil di depan camera tidak hanya sekedar menyampaikan reportase dengan lancar, namun perlu bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat. Berita politik misalnya, dibacakan dengan mimik muka serius dan pengucapan narasi yang tegas. Berbeda dengan berita bencana, cara membawakan dan membacakannya pun memerlukan gaya tersendiri. 
Saran penulis agar ketrampilan dasar tersebut mudah dipraktekkan, maka ketika reporter mendapat tugas liputan, manfaatkan waktu dilapangan dengan sebaik-baiknya. 

  • Gunakan waktu menunggu narasumber untuk latihan tampil di depan camera. Naskah untuk latihan reportase sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya dan siapkan beberapa jenis naskah yang berbeda cara membacanya. 
  • Luangkan waktu minimal 10 menit setiap kali liputan untuk merekam gaya anda melakukan reportase. Jika ini dilakukan tiap hari, maka anda dengan sendirinya akan terbiasa dengan camera. 
  • Jangan lupa, mintalah pendapat trainer di kantor Anda atau seseorang yang Anda percaya untuk menilai penampilan Anda tersebut supaya ada perbaikan dari waktu ke waktu. Niscaya jika rajin dan serius melakukan ini, maka dapat mempercepat karir Anda untuk tampil di depan camera. Bisa jadi, Anda tidak perlu menunggu 1 tahun untuk melakukan reportase on camera.




 (dicuplik dari buku 'On Camera' yang sedang dalam proses penyusunan)