Thursday, May 14, 2015

Hiruk Pikuk Ikut Penghargaan Jurnalistik (Part 1)

Selama berkarir di dunia jurnalistik, bagi saya adalah 'wajib' mengikuti ajang lomba / penghargaan karya jurnalistik. Disinilah ujian dan pembuktian atas kualitas tulisan / karya jurnalistik seorang jurnalis. Beberapa ajang penghargaan yang pernah saya ikuti untuk kategori media televisi, tingkat persaingannya cukup ketat. Meski, peserta kategori TV lebih sedikit dibanding kategori cetak, online atau radio, namun cukup membuat saya harus bekerja keras jika melihat pesaing.  

Setiap ada ajang penghargaan/lomba, seluruh stasiun TV nasional nyaris selalu mengikut sertakan karyanya. Saya rasa alasan peserta lomba yang lain, tak jauh beda dengan alasan saya pribadi mengikuti ajang semacam ini, diantaranya : sebagai sarana pembuktian diri atas kualitas karya jurnalistik, sebagai ajang untuk mendongkrak popularitas si jurnalis itu sendiri maupun institusi media tempatnya bekerja, mengukuhkan eksistensi sebagai jurnalis yang mumpuni dan berprestasi. Dan sesungguhnya yang paling dicari atau dikejar dari ajang lomba ini adalah iming-iming HADIAH. Wow! Sangat menggiurkan. Mulai dari uang tunai puluhan juta rupiah hingga tawaran mengikuti short course ke luar negeri. Hadiah uang tunai, di institusi media manapun, biasanya menjadi hak jurnalis yang mengikuti lomba, meskipun atas dorongan kantor atau atasan. (Ingat... hadiah bukan 'diminta/diserahkan' kantor atau atasan... tapi untuk kita yang ikut lomba). 

Jika menang, memang biasanya ada semacam 'ritual' syukuran bersama teman-teman sekantor atau se-team. Bentuk syukurannya, sepenuhnya diserahkan pada pihak yang menang lomba. Tentu tak semua hadiah uang tunai digunakan untuk syukuran, ada sebagian yang memang disisihkan untuk ritual tersebut. Bagi teman-teman TV, jika menang lomba seperti ini, hadiah uang tunai biasanya dibagi rata dulu untuk anggota team inti terdiri dari Reporter, Cameraman, Editor. Karena 3 orang inilah yang menjadi 'nyawa' program. Reporter-Cameraman yang 'mengais' materi liputan dan kerja keras di lapangan. Editor, perannya sangat berpengaruh pula. Ia tugasnya  'memasak' bahan mentah (liputan) hasil belanja Reporter dan Cameraman, menjadi sebuah tayangan yang enak ditonton. Ibarat masakan, jika cara memasak atau mengolah bahannya nggak pas, rasanya kurang enak. Begitu pula jika hasil liputan bagus dari sisi cerita dan gambar, tapi jika diedit asal jadi, ya hasilnya biasa-biasa saja. Itulah mengapa sang Editor tak boleh dilupakan sebagai bagian dari tim produksi. 

Produser tentu saja juga punya peran cukup besar disini, yaitu 'memoles' tulisan sebelum editing gambar dan 'touch-up' kemasan saat di editing. Produser yang baik akan selalu memotivasi dan membimbing teman-teman yang 'diasuhnya' untuk mengikuti lomba dan menggunakan namanya sebagai penanggung jawab. Jika karyanya menang lomba, Produser yang baik hati tak akan minta jatah kok. Palingan ikut syukuran aja.. Eh tapi, jika pengen hadiah uang tunai juga, ya si Produser turun langsung merangkap sebagai Reporter dong... ikut bersaing dengan teman-teman asuhannya. Hehehe... 


Next : Pengalaman mengikuti Lomba Jurnalistik Nasional & International 


No comments: