Monday, May 25, 2015

The Best Moment from Asia Media Summit 2015 (Part 1)


                Kota Kuala Lumpur, Malaysia selama 5 hari ini (24-29 Mei 2015) sibuk dengan kegiatan Pre Summit dan Asia Media Summit (AMS) ke-12. Pre Summit diisi dengan sejumlah kegiatan workshop yang berlangsung selama 2 hari (24-25 Mei 2015) seperti Master Class : Video Shooting Content with a Smart Phone or Tablet; Workshop on Media Formats and Format Innovation; workshop on Radio and Social Media; Workshop on Enhancing Digital Terrestrial Television Broadcasting Transition Experience; and Workshop in Social Media Curriculum for Broadcast Managers. Sedangkan AMS berlangsung selama 2 hari (26-27 Mei 2015) dan kegiatan AMS diakhiri dengan excursion yang diikuti seluruh delegasi di hari terakhir tanggal 28 Mei 2015.
            AMS merupakan kegiatan rutin tahunan yang digelar oleh Asia-Pacific Institute for Broadcasting Development (AIBD) yang berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia. Tahun ini  merupakan penyelenggaraan untuk yang ke-12 kalinya. AMS digelar secara bergiliran di sejumlah negara di kawasan Asia. Tahun 2013 lalu AMS ke-11 berlangsung di Manado, Indonesia.
            Saya bisa menghadiri AMS berkat ajakan Ibu Trimanah, Dekan FIKOM Unissula Semarang. Sebuah ajakan yang saya iyakan dengan penuh semangat meski persiapan terbang ke Kuala Lumpur penuh dengan perjuangan. Unissula merupakan salah satu universitas di Indonesia yang menjadi  member AIBD. Rombongan Unissula yang terdiri dari Dekan, beberapa Dosen dan sejumlah Mahasiwa, sudah berangkat lebih dulu. Saya menyusul sehari kemudian. Pada awalnya saya merencanakan pergi bersama rombongan, namun karena ada beberapa pekerjaan yang perlu dilakukan pada Minggu pagi (24 Mei 2015), maka saya baru bisa terbang pada Minggu sore. Ini pertama kalinya saya bepergian keluar negeri dengan persiapan ala kadarnya, termasuk ‘uang saku’ yang pas-pasan. Selama di Kuala Lumpur, saya menginap di Sangri-La Hotel, ikut menumpang fasilitas dari Panitia Penyelenggara yang khusus diberikan untuk bu Dekan Fikom Unissula.

            Sebenarnya saya sudah beberapa kali menginjakkan kaki di Malaysia, namun baru pada kesempatan kali ini saya benar-benar bisa ‘bermalam’ dan menikmati udara pagi Kuala Lumpur. Kunjungan-kunjungan sebelumnya hanya transit dan cuma bisa menikmati suasana kota di sekitar Bandara saja. Pengalaman selama mengikuti AMS di Kuala Lumpur, ingin saya bagikan dalam bentuk tulisan berseri dengan judul Best Moment from AMS 2015. Sedangkan hasil workshop, akan saya tulis secara terpisah dengan judul Ten Fundamental Program Formats in Broadcast Media. Selamat membaca.

Mejeng di KL Tower, 25 Mei 2019
#AMS2015 #BroadcastProgramFormats #FormatsInnovationinMedia #FundamentalProgramFormat

Thursday, May 14, 2015

Hiruk Pikuk Ikut Penghargaan Jurnalistik (Part 1)

Selama berkarir di dunia jurnalistik, bagi saya adalah 'wajib' mengikuti ajang lomba / penghargaan karya jurnalistik. Disinilah ujian dan pembuktian atas kualitas tulisan / karya jurnalistik seorang jurnalis. Beberapa ajang penghargaan yang pernah saya ikuti untuk kategori media televisi, tingkat persaingannya cukup ketat. Meski, peserta kategori TV lebih sedikit dibanding kategori cetak, online atau radio, namun cukup membuat saya harus bekerja keras jika melihat pesaing.  

Setiap ada ajang penghargaan/lomba, seluruh stasiun TV nasional nyaris selalu mengikut sertakan karyanya. Saya rasa alasan peserta lomba yang lain, tak jauh beda dengan alasan saya pribadi mengikuti ajang semacam ini, diantaranya : sebagai sarana pembuktian diri atas kualitas karya jurnalistik, sebagai ajang untuk mendongkrak popularitas si jurnalis itu sendiri maupun institusi media tempatnya bekerja, mengukuhkan eksistensi sebagai jurnalis yang mumpuni dan berprestasi. Dan sesungguhnya yang paling dicari atau dikejar dari ajang lomba ini adalah iming-iming HADIAH. Wow! Sangat menggiurkan. Mulai dari uang tunai puluhan juta rupiah hingga tawaran mengikuti short course ke luar negeri. Hadiah uang tunai, di institusi media manapun, biasanya menjadi hak jurnalis yang mengikuti lomba, meskipun atas dorongan kantor atau atasan. (Ingat... hadiah bukan 'diminta/diserahkan' kantor atau atasan... tapi untuk kita yang ikut lomba). 

Jika menang, memang biasanya ada semacam 'ritual' syukuran bersama teman-teman sekantor atau se-team. Bentuk syukurannya, sepenuhnya diserahkan pada pihak yang menang lomba. Tentu tak semua hadiah uang tunai digunakan untuk syukuran, ada sebagian yang memang disisihkan untuk ritual tersebut. Bagi teman-teman TV, jika menang lomba seperti ini, hadiah uang tunai biasanya dibagi rata dulu untuk anggota team inti terdiri dari Reporter, Cameraman, Editor. Karena 3 orang inilah yang menjadi 'nyawa' program. Reporter-Cameraman yang 'mengais' materi liputan dan kerja keras di lapangan. Editor, perannya sangat berpengaruh pula. Ia tugasnya  'memasak' bahan mentah (liputan) hasil belanja Reporter dan Cameraman, menjadi sebuah tayangan yang enak ditonton. Ibarat masakan, jika cara memasak atau mengolah bahannya nggak pas, rasanya kurang enak. Begitu pula jika hasil liputan bagus dari sisi cerita dan gambar, tapi jika diedit asal jadi, ya hasilnya biasa-biasa saja. Itulah mengapa sang Editor tak boleh dilupakan sebagai bagian dari tim produksi. 

Produser tentu saja juga punya peran cukup besar disini, yaitu 'memoles' tulisan sebelum editing gambar dan 'touch-up' kemasan saat di editing. Produser yang baik akan selalu memotivasi dan membimbing teman-teman yang 'diasuhnya' untuk mengikuti lomba dan menggunakan namanya sebagai penanggung jawab. Jika karyanya menang lomba, Produser yang baik hati tak akan minta jatah kok. Palingan ikut syukuran aja.. Eh tapi, jika pengen hadiah uang tunai juga, ya si Produser turun langsung merangkap sebagai Reporter dong... ikut bersaing dengan teman-teman asuhannya. Hehehe... 


Next : Pengalaman mengikuti Lomba Jurnalistik Nasional & International