Friday, August 03, 2012

PERKENALAN DAN ATURAN MAIN

Berlin, 19 September 2011

Tulisan ini masih ada kaitannya dengan rangkaian pengalaman mengikuti short course 'Online Media Management' di Berlin. Karena kesibukan, saya tidak sempat menulis di blog tentang day-to-day kegiatan di sana. Mumpung di bulan puasa ini kegiatan tidak terlalu padat, semoga saya bisa menyelesaikan tulisan hingga lengkap.

Mendapat kesempatan mengikuti short course memang menyenangkan. Apalagi seluruh biaya peserta, seperti: visa, tiket pesawat, penginapan, dan transportasi lokal ditanggung pihak penyelenggara. Bahkan masing-masing peserta mendapat uang saku, besarnya tentu sudah disesuaikan dengan biaya hidup disana. Nah, mengenai biaya apa saja yang saya keluarkan mulai dari persiapan, biaya hidup dan beli souvenir, akan dibahas tersendiri. 

Hari pertama kursus dimulai, tentu saja acaranya perkenalan pengajar, staff IIJ dan peserta. Membahas outline kursus dan pembagian kelompok. Beda negara, beda tata cara penyelenggaraan kursus. Di IIJ ini, 2 orang pengajar kami mengajak masing-masing anggota kelompok untuk memikirkan 'Aturan Main' selama mengikuti kursus. Aturan main yang dibuat sendiri oleh peserta, tentu saja diharapkan sepenuhnya akan 'dipatuhi'. 

Inilah 10 Aturan Main selama mengikuti kursus, hasil pengumpulan ide masing-masing kelompok :
  1. No side talks
  2. Cellular phone should be silent
  3. Strict to the topic
  4. No sleep
  5. Do not interrupt
  6. Team work
  7. Respect other ideas and opinions
  8. Participation
  9. On time
  10. No facebook (privacy)
Hm, mengamati satu persatu Aturan Main diatas, yang paling menimbulkan pertanyaan adalah aturan main ke-10. Mengapa 'no facebook' ? Nah, ceritanya begini. Pada kursus sebelumnya, ada peserta yang mempermalukan Pengajar dengan cara memuat foto Pengajar dalam pose 'kurang menyenangkan' di mata si Pengajar pada akun facebook peserta, lalu dia 'tag' si Pengajar. Alhasil teman-teman si Pengajar tahu dong... Intinya, pose di foto itu menjatuhkan kredibilitas sebagai Pengajar. Mereka menganggap, segala gaya, ekspresi atau mimik muka saat menyampaikan materi di kelas adalah privacy. Mereka keberatan untuk diabadikan dan dipublikasikan.

Sepakat! Ya, sebagai Pengajar short course kelas Internasional memang harus menjaga kredibilitas tersebut. Saya sih manggut-manggut dalam hati tanda setuju dengan pendapat mereka. Para pengajar bukan tak mau peserta mempublikasikan kegiatan masing-masing di wall facebook, namun disarankan untuk memasang foto terbaik. Jika diresapi, sesungguhnya kebijakan ini juga menguntungkan peserta sendiri. Secara tak langsung, peserta pun harus menjaga attitude alias jaim (jaga image) selama mengikuti kursus. Jangan sampai memuat 'kabar' tak sedap apalagi foto tak sedap dipandang. Pintar-pintarnya kita menyesuaikan konteks saat itulah. Jika memang lagi kegiatan outdoor atau wisata, ya tak masalah memasang pose terlucu atau terjelek sekalipun. 

Terkait dengan aturan main diatas, aturan ke-9 rupanya 'pernah' dilanggar beberapa peserta, termasuk saya dan satu lagi teman dari Indonesia. Tapi kami terlambatnya nggak parah, cuma sekitar 10 menit. Itupun bukan kesalahan kami. Kami biasa berangkat jam 08:15 atau kadang 08:30 waktu Berlin. Namun di hari yang lagi apes itu, bus yang kami tumpangi kena macet karena lalu lintas sedang padat, apalagi tiba-tiba ada mobil ambulance lewat dengan sirine meraung-raung. Otomatis kendaraan-kendaraan lain berhenti di jalan memberi kesempatan ambulance melintas. Meski berhenti tak lama, tetap saja mempengaruhi waktu kedatangan kami ke tempat kursus. Dan ketika kami jelaskan apa yang terjadi di jalan, jawabannya adalah NO MATTER WHAT! NO EXCUSE!  

Kami sempat shock mendengar penjelasan itu. Oh okay, ini di Jerman yang orang-orangnya konon sangat disiplin banget. Kelewat disiplin sehingga tidak bisa menerima alasan-alasan seperti itu. Ya tetap saja, kami yang disalahkan karena tidak berangkat lebih  pagi untuk mengantisipasi hal-hal tersebut. Wow! Baiklah, sejak saat itu kami berjanji tidak akan datang terlambat. Padahal baru sekali kejadian kami terlambat. Sebenarnya ada pemicu lain sih, yaitu kelakukan salah satu teman kami. 

Nah, teman kami yang satu itu, selalu terlambat dari hari pertama kursus dimulai. Hari berikutnya, meski sudah ditegur masih juga terlambat. Puncaknya ya pada saat saya dan teman Indonesia terlambat karena pada hari itu banyak yang terlambat. Kami biasa berangkat bersama-sama satu bus. Kadang 2 kloter, kadang seluruhnya bisa bersama dalam 1 bus.

Teman saya yang sering terlambat itupun sial. Ia mendapat teguran keras dan ancaman mendapat sangsi berat jika masih terlambat. Ia akan didiskualifikasi alias dipulangkan ke negaranya. Wah, rugi besar dan malu luar biasa jika sampai kejadian. Demi mendengar sangsi yang sangat berat, teman kami tersebut mulai keesokkan harinya dan seterusnya berangkat paling pagi. Dari hotel tempat menginap, jam 8 pagi waktu setempat, ia sudah meluncur menuju ke kantor GIZ. Waktu tempuh dari hotel ke GIZ dengan bus sekitar 20 menit. Sedangkan kursus dimulai pada jam 9 teng! (nnk)






No comments: